Wisma Hening, 4
April 2015
“Aku ini hamba Tuhan,
terjadilah padaku menurut perkatanMu”. (Luk 1:38)
Adakah kesunyian yang lebih hebat lagi ketika kita kehilangan
orang yang paling kita cintai dalam hidup? Bunda Maria memasuki kesunyian makam
bersama Putranya. Ketika menerima Putranya dalam pangkuannya, saat diturunkan
dari salib, tak ada kata yang dapat dikatakan lagi. Dalam diam, dalam
keheningan dan kesunyian Bunda Maria, mengulang dalam hati “Aku ini hamba
Tuhan, terjadilah padaku menurut perkatanMu”. (Luk 1:38)
Apakah kita pernah mengalami hal yang demikian? Apa yang bisa
kita lakukan dalam kekosongan dan kesunyian hati? Saat-saat seperti itu, kita
mesti ingat Tuhan Yesus yang ada di dalam makam. Tuhan Yesus, yang memberikan
harapan kepada kita ada di dalam makam. Dan kuasa kegelapan tidak dapat menahan
Tuhan, Tuhan bangkit dari kubur dan menemui para muridNya.
Kesunyian hati diperlukan untuk menerima kebangkitan Tuhan
Yesus. Menerima cahaya iman yang akan menuntun langkah hidup kita menuju Sang
Juru Selamat. Kita sudah diselamatkan oleh Tuhan, dan tugas kita adalah menjadi
muridNya yang setia. (Wisma Hening)
Posting Komentar